Jumat, 20 April 2012

Perang Dunia 1

PERANG DUNIA I

Perang Dunia I terjadi antara tahun 1914-1918. Perang tersebut merupakan perang terbesar dibandingkan dengan perang yang pernah ada sebelumnya. Perang hebat ini pada awalnya hanya terjadi di kawasan benua Eropa, kemudian menjalar ke ke negara-negara di kawasan Benua Amerika dan Asia, seperti Kanada, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Cina dan Jepang. Itulah sebabnya perang ini disebut Perang Dunia.

A. Latar Belakang Perang Dunia I
Latar belakang Perang Dunia I dibedakan atas 2 macam yaitu penyebab tidak langsung dan penyebab langsung. Penyebab tidak langsung Perang Dunia I adalah :
1. Perkembangan Nasionalisme
·         Perkembangan nasionalisme di Eropa selama abad ke-19, memunculkan Italia dan Jerman sebagai kekuatan baru.
·         Perkembangan nasionalisme memunculkan kegelisahan Negara-negara imperialis, seperti Inggris, Perancis, Turki Ottoman, dan Austria-Hongaria. Negara-negara itu mulai menghadapi tuntutan kemerdekaan dari wilayah yang dikuasai.
2. Persaingan Ekonomi dan Politik
·         Perkembangan industri yang luar biasa di Eropa mengakibatkan timbulnya persaingan ekonomi untuk memperoleh bahan mentah industri dan pasar untuk menjual hasil industri.
·         Persaingan ekonomi berkembang menjadi persaingan politik setelah negara-negara Eropa menggunakan imperialisme untuk menguasai suatu wilayah yang kaya akan bahan mentah industri ataupun yang berpotensi sebagai pasar hasil industri.
3. Pembentukan Aliansi Militer
·         Dalam suasana perkembangan nasionalisme dan persaingan ekonomi-politik, masing-masing Negara membangun kekuatan militer, seiring dengan teknologi mesin perang baru yang bermunculan ketika itu.
·         Persaingan yang semakin genting mendorong tiap negara yang bersaing untuk mencari kawan lalu membentuk aliansi militer. Aliansi militer itu bertujuan untuk mengamankan kedudukan dan mengimbangi ancaman aliansi militer pesaing.
·         Pada tahun 1882, Jerman, Italia, dan Austria-Hongaria membentuk persekutuan militer bernama Triple Alliance. Sebagai reaksi terhadap aliansi tersebut, Perancis, Inggris, dan Rusia membentuk Triple Entente pada tahun 1907. Akibatnya, bangsa-bangsa Eropa terbagi atas dua blok.
Penyebab lansung dari Perang Dunia I yaitu terbunuhnya Franz Ferdinand. Archduke Franz Ferdinand adalah pewaris tahta kerajaan Austria-Hongaria. Bersama istrinya, ia ditembak oleh Gavrilo Princip, seorang anggota kelompok teroris Serbia. Peristiwa yang terjadi tanggal 28 Juni 1914 itu menjadi alasan bagi Austria-Hongaria untuk menghancurkan Serbia. Sebulan setelah Franz Ferdinand terbunuh,tanggal 28 Juli 1914, Austria-Hongaria menyatakan perang kepada Serbia. Perang Dunia I pun dimulai.

B. Jalannya Perang Dunia I
Perang antara Austria dan Serbia meluas karena melibatkan sekutu-sekutunya. Serbia mendapatkan bantuan dari Rusia dan Perancis. Jerman memihak Austria dengan menyatakan perang dengan Perancis. Ketika Jerman menerobos Belgia untuk menyerang Perancis, Inggris membantu Belgia dan Perancis menyatakan perang dengan Jerman pada 4 Agustus 1914. Dalam jangka waktu seminggu, lima negara besar terlibat ke dalam kancah perang Austria-Serbia. Maka terjadilah perang besar-besaran.
Perang Dunia I ini terbagi kedalam dua blok yang berseteru, yaitu Blok Serikat atau Sekutu (Inggris, Perancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (Jerman, Italia, dan Austria-Hungaria). Blok Serikat/Sekutu terdiri dari negara-negara yang tergabung dalam Triple Entente, sedangkan Blok Sentral terdiri dari negara-negara yang tergabung dalam Triple Alliance.
Peperangan terjadi di dua front, yaitu barat dan timur. Jerman menghadapi Perancis di front barat dan Rusia di front timur. Jerman merencanakan untuk menghancurkan Perancis di front barat sebelum menghadapi Rusia di timur. Pada September 1914, Jerman sudah mencapai sungai Marne dan mengancam Paris. Namun, rencana ini gagal karena mendapatkan perlawanan sengit dari Perancis. Selain itu Jerman harus menghadapi Rusia yang sudah menuju Prusia.
Perancis dapat menahan Jerman di sungai Marne, Inggris tetap dapat menguasai selat Inggris, serta Rusia tetap dapat bertahan di Prusia. Akhirnya, peperangan yang semula bersifat langsung kilat, kini menjadi peperangan pasif. Pasukan militer kedua belah pihak mengambil posisi masing-masing dalam parit-parit perlindungan yang memanjang sejauh 78 km dari laut Utara sampai perbatasan Swiss. Sementara perang berjalan lambat, kedua belah pihak berusaha memperkuat dirinya di luar Eropa dengan memperluas daerah jajahannya. Inggris dan Perancis menyerang daerah jajahan Jerman di Togoland, Kamerun, dan Afrika Timur. Di Asia Pasifik, Jepang mengambil alih daerah jajahan Jerman di Kepulauan Marshall, Mariana, dan Karolina.
Menurut perhitungan kekuatan, angkatan perang Blok Serikat lebih besar tiga kali lipat dari kekuatan Blok Sentral. Keadaan ini mengakibatkan Blok Sentral banyak mengalami kekalahan. Pada 12 Desember 1916, Jerman mengusulkan perdamaian. Usul tersebut diterima oleh pihak Serikat dengan persyaratan yang memberatkan bagi Blok Sentral, yaitu:
·         Pembebasan Belgia, Serbia, dan Montenegro yang dikuasai Jerman pada 1915.
·         Penarikan tentara Jerman dari Perancis, Rusia dan Rumania.
·         Pembebasan bangsa Italia, Slavia, Rumania, dan Cekoslovakia yang berada dibawah kekuasaan Austria dan pembebasan bangsa-bangsa yang berada dibawah kekuasaan Turki.
·         Ganti rugi perang dari pihak Sentral.
·         Jaminan yang meyakinkan bahwa perdamaian di Eropa akan dipelihara dengan baik.
Dengan persyaratan yang demikian berat, pihak Sentral pun akhirnya membatalkan usul perdamaian tersebut.
Untuk mematahkan blokade Inggis, Jerman pada 31 Januari 1917 melancarkan perang kapal selam tak terbatas. Akibatnya 5 kapal dagang dan penumpang Amerika Serikat ditenggelamkan Jerman pada Maret 1917, termasuk Kapal Lusitania yang sudah lebih dulu ditenggelamkan oleh Jerman pada 7 Mei 1915. Amerika yang semula bersikap netral, akhirnya mengumumkan perang terhadap Jerman pada 10 April 1917.
Sementara itu di Rusia terjadi pergolakan dari kaum buruh yang menginginkan perdamaian. Terjadi revolusi buruh yang menggulingkan kekuasan Kaisar Nicolas II dibawah pimpinan Lenin dari kaum Bolshevik. salah satu langkah dari pemerintahan kaum Bolshevik ini ialah menarik diri dari Perang Dunia I dengan melakukan Perjanjian Brest Litovsk (1918). Hal ini sangat menguntungkan Blok Sentral.
Sejak pasukan AS mengalir ke Benua Eropa, Blok Serikat mampu memukul mundur pasukan Blok Sentral. Akibatnya, pada September 1918, Bulgaria mengajukan damai dan satu persatu negara yang bergabung dalam Blok Sentral mengalami kekalahan.
Pasukan Serikat menduduki Macedonia dan Serbia, Inggris berhasil menduduki Yarussalem. Bersama-sama pasukan Arab, Inggris dibawah Jendral Allenby berhasil mendesak Turki dan berhasil merebut benteng-benteng pertahanan dari Baghdad sampai Aleppo. Turki tidak lagi menahan serangan-serangan Serikat. Akhirnya Turki harus menandatangani Perjanjian Sevres pada 1920. Sementara itu, bangsa-bangsa Polandia, Cekoslovakia, Kroasia dan Slavia membebaskan diri dan membentuk negara merdeka setelah kekaisaran Austria-Hongaria runtuh.
Pasukan Jerman bertahan mati-matian sambil mundur menahan gempuran-gempuran Sekutu. Semangat pasukan Jerman mulai rontok dan rakyat Jerman mengalami kelaparan. Sementara itu, di dalam negeri Jerman sendiri terjadi pemberontakan rakyat. Gerakan orang-orang komunis di Munich dapat menggulingkan kekaisaran Wilhelm II sehingga terbentuklah negara republik. Akhirnya Jerman pada 11 November 1918 menandatangani perjanjian gencatan senjata menurut syarat-syarat yang ditentukan pihak Serikat. Perang Dunia I berakhir setelah Jerman menandatangani Perjanjian Versailles pada 28 Juni 1919.

C. Akhir Perang Dunia I
Setelah gencatan senjata diumumkan, para tokoh Sekutu berunding di Paris untuk menyusun surat perjanjian yang akan disodorkan kepada Jerman. Empat tokoh yang merancang perjanjian tersebut adalah : Woodrow Wilson (Amerika Serikat), Loyd George (Inggris), Georges Clemenceau (Perancis), dan Vittorio Orlando (Italia).
Perundingan itu melahirkan Perjanjian Versailles pada tahun 1919. Isi Perjanjian Versailles yaitu :
·         Jerman harus menyerahkan kembali daerah yang dikuasai selama perang kepada para pemiliknya.
·         Jerman harus menanggung seluruh biaya ganti rugi perang.
·         Angkatan perang Jerman harus diperkecil.
·         Kapal-kapal dagang Jerman harus diserahkan kepada Inggris.
·         Wilayah Jerman disebelah barat sungai Rhein (Rheinland) diduduki pasukan Sekutu sebagai jaminan selama 15 tahun.
·         Jerman kehilangan semua daerah jajahannya dan diserahkan kepada Inggris, Perancis, dan Jepang.

D. Akibat Dari Perang Dunia I
Perang Dunia I berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.
1.      Bidang Ekonomi
·         Perekonomian dunia mengalami krisis setelah perang. Banyak negara mengalami kebangkrutan. Puncak depresi ekonomi terjadi pada tahun 1929, dikenal sebagai Zaman Malaise.
·         Memburuknya perekonomian dunia memunculkan anggapan bahwa kapitalisme gagal. Sebagai gantinya, banyak negara menerapkan etatisme, di mana perekonomian dikendalikan oleh negara.
2.      Bidang Politik
·         Wilayah negara yang kalah perang semakin sempit, sedangkan wilayah negara pemenang perang semakin luas.
·         Di Eropa Timur muncul negara-negara baru seperti Polandia, Cekoslowakia, Yugoslavia, dan Hongaria. Di Timur Tengah timbul negara-negara baru seperti Irak, Saudi Arabia, Iran, Yordania, Syria, dan Mesir.
·         Kegagalan liberalisme mengatasi kekacauan dan kesulitan akibat perang mengakibatkan timbulnya totalitarianisme di berbagai negara. Di Italia lahir Fasisme, di Jerman timbul Nazisme, di Jepang timbul Militerisme, dan di Rusia timbul Komunisme.
3.      Bidang Sosial
·         Perang Dunia I membutuhkan perlengkapan, sehingga mendorong produktivitas industri yang semakin besar. Dengan demikian buruh semakin dibutuhkan, sehingga kedudukan buruh dan wanita semakin penting.
·         Peran kaum wanita pun penting dalam perang karena menangani kesehatan dan menggantikan pekerjaan pria. Setelah perang, tuntutan emansipasi wanita semakin kuat.
·         Pengalaman buruk di masa perang memunculkan keinginan untuk memelihara perdamaian dunia. Pada tahun 1919, dibentuk Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations).


Europese Lagere School (ELS)


EUROPESE LAGERE SCHOOL (ELS)



PERKEMBANGAN ELS

            Setelah Hindia Belanda diterima kembali dari tangan Inggris pada tahun 1816 oleh para Komisaris Jenderal, maka pendidikan ditanggapi secara lebih sungguh-sungguh. Namun, kegiatan mereka hanya tertuju pada anak-anak berdarah Belanda.
            Sekolah Belanda atau Europese Lagere School (ELS) sejak mulanya dimaksud agar sama dengan yang di Nederland, walaupun terdapat perbedaan tentang muridnya, khususnya pada permulaannya. Prinsip konkordansi ini merupakan prinsip yang dominan selama sekolah ini ada. Tujuan utama, setidaknya pada taraf permulaan ialah mengembangkan dan memperkuat kesadaran nasional di kalangan keturunan Belanda, kebanyakan Indo-Belanda, termasuk anak-anak yang lahir dari hubungan yang tak legal.
            Alasan yang penting tentang perlunya prinsip konkordansi ialah adanya sejumlah orang Belanda yang kembali, libur, atau pensiun ke tanah asalnya sehingga perlulah ada kesamaan sekolah itu agar anak-anak mereka dapat mengikuti sekolah dimana pun mereka berada, tanpa mengalami kesulitan. Walaupun jumlah itu kecil, namun prinsip konkordansi tetap dipertahankan dengan ketat selama masa penjajahan.
            Prinsip konkordansi ini terancam dengan banyaknya anak Indonesia dan Cina yang memasuki sekolah ini. Penerimaan murid dari kedua golongan ini menjadi masalah yang tak berkesudahan.
            ELS pertama didirikan pada tahun 1817 di Batavia (Jakarta). Sekolah ini yang semula dimaksud untuk anak-anak miskin mula-mula bermutu rendah karena guru yang kurang berwewenang dan latar belakang murid yang kurang baik. Orang tua yang berada, yang tidak ingin anaknya bercampur dengan anak-anak golongan rendah lebih suka mengirim anaknya ke negeri Belanda atau sekolah swasta. Maka dirasakan perlunya sekolah khusus untuk anak-anak dari golongan tinggi dan pada tahun 1833 didirikanlah Eerste Europese Lagere School (ELS pertama). Oleh karena biaya sekolah Eerste Europese Lagere School (ELS pertama) cukup tinggi, maka mereka yang tidak sanggup harus memasuki ELS bukan pertama. ELS pertama menyajikan pendidikan yang lebih tinggi mutunya, tidak menerima anak-anak Indonesia sekalipun anak ningrat tinggi.

KURIKULUM  ELS

            Tujuan ELS bukan lagi mendidik orang agar taat beragama, melainkan menjadi anak warga negara yang baik. Kurikulum terdiri atas mata pelajaran membaca, menulis, berhitung, bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi dan mata pelajaran lain. Menurut peraturan kurikulum dapat diperluas dengan mata pelajaran yang lebih tinggi seperti ilmu alam,dasar-dasar bahasa Perancis, bahasa Inggris dan Jerman, matematika dan lain-lain.
            Bahasa Perancis mula-mula dimasukkan ke ELS pertama pada tahun 1868 dan merupakan mata pelajaran yang penting sebagai syarat memasuki HBS.
Lambat laun timbul kritik terhadap bahasa Perancis dengan saran agar mata pelajaran ini ditiadakan. Alasannya ialah bahwa Indonesia terletak diantara negara jajahan berbahasa Inggris. Maka sudah selayaknya bahasa Perancis diganti dengan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di ELS.
Perkumpulan guru-guru Belanda di Hindia Belanda dalam rapat umum tahun 1906 mengemukakan bahwa anak-anak Indo belajar bahasa Perancis memakan waktu yang lama disamping belajar bahasa Belanda.
Walaupun banyak kritik dilancarkan, namun prinsip konkordansi sangat kuat, dan menghapus bahasa Prancis akan membuat ELS  inferior dan menimbulkan kesukaran bagi anak-anak yang melanjutkan perjalanannya di negeri Belanda.
ELS seperti halnya semua sekolah lainnya dapat dipandang sebagai alat politik yang sepenuhnya dikuasai dan di awasi oleh pemerintah. Pengajaran bahasa Belanda memegang peranan utama dan meresapi semua pelajaran lainnya. Penguasaan bahasa itu milik yang sangat berharga dan merupakan kunci untuk menjadi pegawai. Kemampuan berbahasa Belanda hanya terbatas pada golongan terdidik, golongan intelektual yanng menduduki tempat yang terhormat dalam masyarakat.
Dengan mementingkan bahasa Belanda, maka pemerintah memperoleh alat yang sangat ampuh untuk mengontrol rakyat. Para inspektur sangat memperhatikan bahasa ini. Selain itu, alat-alat kontrol lainnya ialah sumpah setia dan rahasia dari setiap guru ELS, penggunaan buku yang ditentukan oleh pemerintah dan kurikulum yang uniform.

LANJUTAN ELS

            Murid-murid ELS dapat menempuh dua macam ujian, yaitu pegawai rendah (Klein Ambtenaars examen) setelah kelas 6 dan ujian masuk HBS (Hogere Burgerschool) setelah lulus kelas 7.
HBS merupakan jalan satu-satunya ke Universitas di negeri Belanda. Mereka yang tidak melanjutkan pelajarannya telah dapat mengharapkan pekerjaan yang baik bila memiliki ijazah HBS.
            Keuntungan ELS adalah bahwa sekolah ini merupakan bagian yang integral dari sesuatu sistem pendidikan dari sekolah rendah sampai perguruan tinggi.

FASILITAS

            Menurut laporan inspeksi 1891 dan selanjutnya, gedung ELS selalu dalam kondisi yang baik.
            Perabot, buku, dan alat pengajaran yang lain selalu lengkap. Ini berarti bahwa untuk anak-anak Belanda disediakan sekolah yang paling baik dan paling lengkap, berbeda dengan sekolah untuk anak Indonesia.
            Menurut peraturan pemerintah gedung sekolah dibuat dari batu bata dengan atap genting, dilokasi yang tenang dan jauh dari jalan raya.

GURU

            Berbagai usaha dijalankan untuk memperoleh guru yang berkualifikasi tinggi : mendatangkan dari Belanda, melatihnya di Indonesia atau menyuruh pemuda ke Nederland untuk pendidikan guru.
            Karena tidak mudah mendatangkan guru dari negeri Belanda, maka tiap tahun dikirim 24 calon ke Nederland yang belajar selama 2 tahun pada sekolah guru atas biaya pemerintah.
            Akhirnya di Indonesia sendiri dibuka Kursus Normal 2 tahun untuk mendidik guru ELS dan Kursus Normal 3 tahun untuk mendapat tingkat kepala sekolah. Kurikulumnya terutama merupakan pendalaman dan perluasan mata pelajaran yang diberikan di ELS Kursus Normal ini jangan dikacaukan dengan Sekolah Normal untuk guru sekolah pribumi.
            Walaupun  guru-guru telah dididik di Indonesia, guru baru masih terus didatangkan dari negeri Belanda. Pertama karena masih kekurangan guru, akan tetapi juga untuk mendapatkan guru-guru yang segar dari Nederkand sehingga dapat memelihara suasana Belanda yang murni.
            Suatu masalah timbul sewaktu dua wanita Indonesia berhasil mendapat ijazah guru di negeri Belanda, yang secara legal berwenang untuk mengajar di ELS, karena tidak ada undang-undang yang mengadakan diskriminasi kebangsaan atau rasial.
            Hazeu, Direktur Departemen Pengajaran tidak melihat alasan mengapa seorang Indonesia yang memiliki ijazah yang sah tidak diizinkan mengajar di ELS. Akan tetapi Dewan Hindia yang konservatif yang senantiasa melindungi kepentingan Belanda, menandaskan dengan tegas bahwa pribumi tak layak mendidik anak Belanda, karena mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang tidak sesuai. Dalam pendidikan, katanya, tidak hanya pengetahuan guru yang penting, akan tetapi juga kepribadiannya, sikap moral, dan cara berpikir. Guru pribumi tidak akan dihormati oleh anak Belanda.
            Sejak itu, sampai Belanda menyerah kepada Jepang, tak seorang Indonesia pun yang pernah diangkat sebagai guru ELS.

INSPEKSI

            Inspeksi merupakan aspek yang penting dalam sistem pendidikan Belanda. Peraturan sekolah tahun 1818 terutama membicarakan soal inspeksi. Pada saat itu ditemukan bahwa tiap sekolah harus dikunjungi setidaknya sekali dalam satu minggu.
            Para inspektur harus memeriksa apakah kurikulum resmi diikuti degan cermat. Mereka menghadiri pelajaran yang diberikan guru dan memberikan saran-saran perbaikan dengan cara yang tenang dan bijaksana. Guru berhak mengetahui hasil inspeksi dan mempertahankan diri. Karena hasil inspeksi terutama berisi kesalahan dan kekurangan guru dan sekolah, dianjurkan oleh atasan agar juga diberi pujian dan penghargaan atas usaha-usaha yang baik.




PENERIMAAN MURID

            Semua anak orang Eropa dan mereka yang secara legal dipersamakan dengan orang Eropa berhak untuk memasuki sekolah ini, asal salah seorang orang tuanya orang Eropa.
            Kelompok lain yang mudah memasuki sekolah ini ialah anak-anak serdadu dari Manado, Ambon, Ternate, dan Tidore, asal mereka beragama Kristen dan berada di luar daerahnya.
            Walaupun ELS didirikan dengan maksud memberi pendidikan bagi anak-anak Belanda, namun sekolah ini juga penting bagi anak-anak Indonesia karena juga menerima anak-anak dari golongan itu. Akan tetapi penerimaan anak-anak Indonesia senantiasa merupakan masalah yang tak kunjung terpecahkan dengan memuaskan kedua belah pihak.
            Europese Lagere School (ELS) yang sedianya diperuntukkan bagi orang Eropa dan mereka yang disamakan statusnya kemudian dirumuskan sebagai sekolah untuk pendidikan Eropa yang membuka jalan bagi anak Indonesia untuk memasukinya.
            Masa lunak pada zaman liberal, yang memberi kebebasan luas kepada anak Indonesia untuk menikmati pendidikan Barat menimbulkan reaksi di kalangan orang Belanda yang direalisasikan dalam peraturan tahun 1894 yang menentukan bahwa :
-        Anak Indonesia tidak boleh melebihi usia 7 tahun agar dapat diterima (ini tidak berlaku bagi anak Belanda)
-        Penerimaan anak bukan Belanda jangan menyebabkan ditolaknya anak Belanda karena kekurangan tempat
-        Untuk anak Indonesia dikenakan pembayaran uang sekolah yang lebih berat
-        Anak Indonesia tidak boleh tinggal dikelas yangn sama lebih dari dua tahun (tidak berlaku bagi anak Belanda)
Usul J.H.Abendanon pada masa Politik Etis untuk memperluas penerimaan anak Indonesia di ELS ditolak. Akan tetapi pada tahun 1903 peraturan diperlunak.
Akan tetapi segera timbul reaksi atas kelunakan penerimaan itu dan pada tahun 1905 diadakan angket untuk mengetahui pengaruh anak-anak Indonesia terhadap mutu intelektual, moral, dan bahasa Belanda.
Pada tahun 1908 timbul gerakan baru di bumi Indonesia, Budi Utomo yang dalam kongres pertamanya, 1908, meminta kepada pemerintah Belanda, agar jangan terlampau banyak mengadakan rintangan bagi anak-anak Indonesia untuk memasuki ELS.
Pada tahun 1911 diadakan peraturan untuk menerima anak Indonesia berdasarkan kebutuhannya akan pendidikan Barat dalam tugasnya kelak dengan mempertimbangkan kedudukan orang tuanya. Timbul unsur baru dalam penerimaan murid : status sosial dan pendidikan orang tua.
Walaupun Sekolah Kelas Satu pada tahun 1914 diubah menjadi Hollands Inlandse School (HIS) yang berbahasa Belanda namun keinginan masuk ELS tidak berkurang. Anak-anak priyayi dan pegawai berkedudukan tinggi lainnya menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang sama dengan anak Belanda, suatu hal yang sepenuhnya dipahami oleh pemerintah Belanda. ELS selanjutnya tetap terbuka bagi anak Indonesia.

Keberatan-keberatan Terhadap Penerimaan Anak Indonesia
            Keberatan-keberatan penerimaan anak Indonesia boleh dikatakan telah timbul sejak didirikannya ELS.
            Macam-macam alasan yang dikemukakan untuk mengurangi jumlah masuknya anak Indonesia yang sering tidak berdasarkan kenyataan, misalnya bahwa anak Indonesia mengurangi mutu, bahwa kurikulum ELS tidak sesuai bagi anak Indonesia. Alasan bahwa anak Indonesia menurunkan mutu pendidikan tidak dapat dipertahankan karena dibantah oleh angka-angka rapor.
            Semua alasan itu sebenarnya tidak dapat diterima,oleh sebab sejak 1902 ELS bukanlah semata-mata sekolah untuk anak orang Barat, melainkan sekolah yang memberikan pendidikan Barat. Maka memasuki ELS secara legal bukan suatu privilise melainkan suatu hak berdasakan undang-undang. Hanya karena penerimaan anak Indonesia dikenakan berbagai rintangan, maka tampaknya seolah-olah suatu keistimewaan.


Alasan Memasuki ELS

            Alasan memasuki ELS walaupun telah didirikan HIS, yaitu :
  1. selama beberapa dekade ELS merupakan satu-satunya sekolah yang memberi persiapan untuk ujian pegawai rendah (Klein Ambtenaar) dan untuk melanjutkan pelajaran ke HBS dan seterusnya ke Universitas, juga untuk Sekolah Dokter Djawa dan OSVIA (Sekolah Pamong Praja).
  2. ELS memberi jalan yang lebih terjamin dan pendek untuk kelanjutan pelajaran.
  3. Kualitas ELS selalu lebih tinggi daripada HIS dalam kenyataan pendidikan dan juga di mata para majikan. Standar akademis ELS sama dengan yang di Nederland. ELS adalah sekolah elite yang memberi prestise tinggi kepada anak dan orang tua.

POPULASI SEKOLAH

            Dalam tiga dekade jumlah anak Belanda dari tahun 1890 samapi 1918 bertambah hanya 68%. Salah satu alasannya ialah bahwa pada tahun 1870 semua anak Belanda telah mendapat kesempatan untuk bersekolah dan pertambahan jumlah murid sejalan dengan pertumbuhan jumlah anak yang mencapai usia sekolah. Jadi tidak ada kebutuhan akan pendidikan yang masih harus dipenuhi.
            Sebaliknya dikalangan orang Indonesia kebutuhan akan pendidikan jauh lebih besar daripada yang dapat diberikan di ELS. Maka pertambahan jumlah anak Indonesia relatif lebih besar yakni 8 kali lebih cepat daripada petambahan anak-anak Belanda.
            Jumlah anak Cina ralatif lebih cepat bertambah dibandingkan dengan kelompok rasial lainnya. Sejak tahun 1908 mereka mendapat kesempatan memasuki HCS (Hollands Chinese School).

RANGKUMAN DAN TINJAUAN

            Guru-guru Belanda mengakui kemampuan anak-anakIndonesia dalam segala mata pelajaran, sekalipun semua pelajaran diselenggarakan dalam bahasa Belanda.
            Prestasi akademis anak Indonesia tidak kalah dari anak-anak Belanda seperti nyata dari presentase lulusan masuk HBS atau ujian pegawai rendah.
            Namun kapasitas intelektual bukan satu-satunya syarat memasuki ELS, akan tetapi terutama kedudukan sosial orang tuanya. Pada hakikatnya pendidikan selalu dipandang orang Belanda sebagai bahaya potensial bagi minoritas orang Belanda menghadapi orang Indonesia yang 200 kali lipat jumlahnya. Pendidikan hanya diberikan untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai pemerintah dan perusahaan-perusahaan Belanda dalam jumlah yang sangat terbatas.
            Bagi anak Indonesia, sekolah yang bercorak Barat tak mungkin menjadi sekolah umum bagi seluruh rakyat, karena akan menjauhkan anak dari kebudayaannya.
            Kurikulum ELS yang sebagian besar ditetapkan di Nederland tak mungkin relevan dengan kebutuhan anak Indonesia. Namun ELS tetap dipertahankan demi kepentingan segelintir anak yang mungkin kembali ke tanah airnya.

Sejarah Indonesia


GERAKAN SOSIAL

Selama abad ke-19 dan ke-20 di Indonesia terus-menerus mengalami pemberontakan-pemberontakan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa dominasi Barat beserta perubahan-perubahan sosial yang mengikutinya telah menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan rakyat untuk berkecenderungan melakukan pergolakan sosial. Dominasi ekonomi, politik dan cultural yang terjadi pada masa colonial telah mengakibatkan timbulnya desorganisasi di kalangan masyarakat tradisionil beserta lembaga-lembaganya.
Dalam bidang politik, timbul banyak ketegangan-ketegangan dan ketidakstabilan sebagai akibat meluasnya penetrasi sistem administrasi yang bersifat legal rasionil yang dibawa oleh pemerintah kolonial. Sementara itu, lembaga-lembaga politik tradisionil menjadi semakin terdesak.
Dalam menghadapi pengaruh penetrasi budaya Barat yang memiliki kekuatan desintegratif, masyarakat Indonesia mempunyai cara-cara untuk membuat reaksi sendiri. Karena di dalam sistem kolonial tidak terdapat lembaga untuk menyalurkan perasaan tidak puas, maka jalan yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan gerakan sosial sebagai protes sosial.

Gerakan Melawan Pemerasan
Agitasi kaum petani yang timbul di tanah partikelir sepanjang abad 19 dan 20 merupakan akibat dari adanya pungutan pajak yang tinggi dan tuntutan pelayanan kerja yang berat terhadap kaum petani di daerah itu.
Tanah partikelir timbul sebagai akibat dari praktek penjualan tanah yang dilakukan oleh orang Belanda semenjak permulaan zaman VOC sampai perempatan pertama abad ke-19. Sebagian besar tanah itu dimiliki oleh persekutuan usaha bersama, oleh tuan-tuan tanah Bangsa Eropa yang tinggal di luar Indonesia dan oleh orang-orang Cina. Salah satu ciri yang terpenting dalam bangunan masyarakat di tanah partikelir adalah hilangnya persekutuan hidup di dalam desa.
Tindakan sewenang-wenang dari pemerintah seperti penindasan dan korupsi mengakibatkan timbulnya kegelisahan dan dendam di kalangan para petani sehingga akhirnya meletuslah suatu bentuk kerusuhan-kerusuhan yang terjadi berulang kali. Corak agitasi petani yang khas menunjukkan rasa benci yang meluap-luap bahwasanya tuan-tuan tanah menjadi sasaran utama permusuhan tersebut. Di dalam masyarakat tradisionil Jawa, hamper semua gerakan-gerakan sosialnya mempunyai warna keagamaan.
Sistem pemilikan tanah partikelir dalam masyarakat, dengan meluasnya sistem ekonomi-uang, maka telah melumpuhkan kehidupan petani. Oleh karenanya adanya kemelaratan maka kejahatan meningkat. Meningkatnya perampokan, misalnya, dapat dihubungkan dengan meningkatnya protes sosial yang tidak terorganisasi.

Gerakan Ratu Adil
Gerakan ini selalu bersandar pada segi-segi gaib dan umumnya menjelma dalam segi-segi eskatologis dan milenaristis. Memang gerakan itu haruslah dipandang sebagai gerakan yang bersifat revolusioner dalam pengertian bahwa gerakan itu menghendaki suatu perubahan mutlak. Secara singkat gerakan itu menghendaki munculnya suatu milenium, yaitu harapan terhadap datangnya zaman keemasan yang tidak mengenal penderitaan rakyat dan waktu semua ketegangan serta ketidakadilan telah lenyap.
Selama pertengahan pertama abad ke-19 secara berturut-turut muncul gerakan yang menunjukkan bahwa harapan mesianistis merupakan faktor yang penting dalam pandangan mata pemerintah. Sifat nativistis dari gerakan itu tercermin dalam harapan-harapannya akan kembalinya kerajaan pribumi. Selama pertengahan kedua dari abad itu pula ide mesianistis semakin menjadi lebih baik.
Pada sekitar tahun 1920-an terdapat pergolakan tradisionil di Jawa yang berdampingan dengan gerakan nasionalisme modern. Sebagian masyarakat Jawa masih mempertahankan tradisi, seperti dalam pemujaan nenek-moyang, orang-orang keramat dan kekuatan magis. Sifat agama dari gerakan-gerakan protes tradisionil umumnya dihasilkan oleh kenyataan bahwa masyarakat tradisionil umumnya membuat reaksi terhadap perubahan sosial yang bersifat keagamaan. Akibatnya gerakan-gerakan agama cenderung untuk menjadi revolusioner sifatnya, bertujuan untuk mengadakan perubahan secara mutlak dan radikal.
Pesantren dan tarekat mempunyai peranan penting dalam perkembangan gerakan mesianistis. Banyak pemimpin agama yang merasa terpanggil untuk memproklamasikan diri sebagai pemimpin mesianistis sebagai akibat dari penetrasi Barat yang semakin mendalam. Akibatnya dengan sikap bermusuhan, maka pemimpin agama mulai menggerakkan pesantren dan tarekat dalam gerakan pemberontakan untuk melawan Belanda.
Ledakan-ledakan mesianisme telah menunjukkan bahwa di dalamnya termuat tuntutan mengenai penyelamatan masyarakat, yang menjelma dalam ide kedatangan Ratu Adil dan Imam Mahdi.

Gerakan-Gerakan Sekte Keagamaan
Di luar arus perkembangan mesianisme yang berlangsung selama abad ke 19 dan 20, terdapatlah pertumbuhan sekte-sekte keagamaan yang baru, yang memuat berbagai tingkatan kepercayaan dan pandangan, baik dari tingkatan kepercayaan Islam yang orthodox maupun tingkat ide-ide yang mencerminkan sikap yang bertentangan dengan Islam. Sekte tidak lain adalah merupakan ekspresi keagamaan dari perasaan tidak puas suatu masyarakat dan perasaan-perasaan untuk memberontak, hasil perjuangan kelas organisasi dari kelas bawah dan peralatan dari sifat agresif mereka.
Mengenai ciri umum yang berhubungan dengan sektarianisme dan mesianisme dapat dilihat di dalam masalah peranan pemimpin agama dan ajarannya. Dari segi isi ideologinya, ada kemiripan yang terkandung di dalam gerakan mesianistis dan gerakan sektaris. Salah satu ciri lain dari gerakan sekte ialah adanya pengawasan yang ketat terhadap anggota-anggotanya.

Gerakan-Gerakan Sarekat Islam di Daerah Pedesaan
Gerakan protes dari kaum petani tidak hanya merupakan pernyataan tidak puas terhadap mereka yang berkuasa, tetapi juga merupakan cerminan dari jawaban mereka terhadap suatu masalah komunikasi yang mereka hadapi. Kaum petani tidak memiliki saluran-saluran untuk menyatakan keluhan-keluhannya mengenai apa yang menimpa mereka. Munculnya Sarekat Islam dalam situasi yang demikian itu dapat memberikan peralatan yang berarti sekali dalam mewujudkan keinginan dan kekuatan yang ada di lingkungan kaum petani melalui saluran ideologi, kepemimpinan, organisasi dan lambang-lambang dari organisasi tersebut. Sarekat Islam telah mendorong ke arah proses mobilisasi politik secara modern dari kalangan penduduk pedesaan.
Beberapa sifat penting dari gerakan Sarekat Islam ialah :
1.      bersifat anti-Cina
2.      sikapnya yang agresif terhadap penguasa pemerintah
3.      sifat menyendirinya dan bermusuhnya terhadap orang-orang ”luar”
4.      sifatnya revivalistis yang penting.
Selama dua tahun, tahun 1913 dan 1914, pertentangan komunal menjadi suatu corak yang umum di berbagai tempat di Jawa. Tahun-tahun itu boleh dikatakan merupakan periode memuncaknya agitasi anti-Cina.
Berdampingan dengan perluasan Sarekat Islam, gelombang revivalisme melanda juga daerah Jawa. Gerakan Sarekat Islam dan gerakan revivalisme dalam kenyataannya memang saling memperkuat. Agitasi Sarekat Islam sebagian memang ditujukan juga untuk memperkuat pelaksanaan keagamaan dan memperkuat semangat keagamaan.